TANAH AIR
Objek Wisata di Kabupaten Tana Toraja
Kuburan Bayi Kambira
Di
kuburan ini, bayi yang meninggal sebelum giginya tumbuh dikuburkan di
dalam sebuah lubang yang dibuat di pohon Tarra’. Bayi ini dianggap masih
masih suci. Pohon Tarra’ dipilih sebagai tempat penguburan bayi, karena
pohon ini memiliki banyak getah yang dianggap sebagai pengganti air
susu ibu. Dengan menguburkan di pohon ini, orang-orang Toraja menganggap
bayi ini seperti dikembalikan ke rahim ibunya dan mereka berharap
pengembalian bayi ini ke rahim ibunya akan menyelamatkan bayi-bayi yang
akan lahir kemudian.
Pohon Tarra’ memiliki diameter sekitar 80 – 100 cm dan lubang yang
dipakai untuk menguburkan bayi ditutup dengan ijuk dari pohon enau.
Pemakaman seperti ini dilakukan oleh orang Toraja pengikut ajaran
kepercayaan kepada leluhur. Upacara penguburan ini dilaksanakan secara
sederhana dan bayi yang dikuburkan tidak dibungkus dengan kain, sehingga
bayi seperti masih berada di rahim ibunya.
Kuburan ini terletak di Desa Kambira, tidak jauh dari Makale, Tana Toraja.
Arung Jeram Sungai Sa’dan
Sungai
Sa’dan memiliki panjang sekitar 182 km dan lebar rata-rata 80 meter
serta memiliki anak sungai sebanyak 294. Di sepanjang Sungai ini
terdapat beberapa jeram dengan tingkat kesulitan yang berbeda, seperti
jeram Puru’ dengan kategori tingkat kesulitan III; jeram Pembuangan Seba
dengan kategori tingkat kesulitan IV, yaitupermukaan air di pinggir
sungai yang lebar dan tiba-tiba menyempit dengan cepat; jeram Fitri
dengan kategori tingkat kesulitan V, yaitu berupa patahan dan arus
sungai yang menabrak batu besar yang dapat menyebabkan perahu menempel
di batu dan terjebak diantaranya. Selain itu, topografi daerah ini juga
sangat menarik dengan keindahan alam dan udara yang sejuk di sepanjang
perjalanan.
Lokasi Sungai Sa’dan ini dimulai dari jembatan gantung di Desa Buah
Kayu kabupaten Tana Toraja dan berakhir di jembatan Pappi Kabupaten
Enrekang, Sulawesi Selatan.
Upacara Adat Rambu Solo
Rambu
Solo dalah upacara adat kematian masyarakat Tana Toraja yang bertujuan
untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia
menuju alam roh, yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur
mereka di sebuah tempat peristirahatan. Upacara ini sering juga disebut
upacara penyempurnaan kematian karena orang yang meninggal baru dianggap
benar-benar meninggal setelah seluruh prosesi upacara ini digenapi.
Jika belum, maka orang yang meninggal tersebut hanya dianggap sebagai
orang “sakit” atau “lemah”, sehingga ia tetap diperlakukan seperti
halnya orang hidup, yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberi
hidangan makanan dan minuman bahkan selalu diajak berbicara.
Puncak
dari upacara Rambu solo ini dilaksanakan disebuah lapangan khusus.
Dalam upacara ini terdapat beberapa rangkaian ritual, seperti proses
pembungkusan jenazah, pembubuhan ornament dari benang emas dan perak
pada peti jenazah, penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan, dan
proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.
Selain itu, dalam upacara adat ini terdapat berbagai atraksi budaya
yang dipertontonkan, diantaranya adu kerbau, kerbau-kerbau yang akan
dikorbankan di adu terlebih dahulu sebelum disembelih, dan adu kaki. Ada
juga pementasan beberapa musik dan beberapa tarian Toraja.
Kerbau yang disembelih dengan cara menebas leher kerbau hanya dengan
sekali tebasan, ini merupakan ciri khas masyarakat Tana Toraja. Kerbau
yang akan disembelih bukan hanya sekedar kerbau biasa, tetapi kerbau
bule “Tedong Bonga” yang harganya berkisar antara 10 – 50 juta per ekornya.
Upacara adat ini biasanya dilaksanakan di Kampung Bonoran, Desa Ke’te’ Kesu’, Kecamatan Kesu’, Tana Toraja.
Objek Wisata di Kabupaten Tana Toraja
Kuburan Bayi Kambira
Di
kuburan ini, bayi yang meninggal sebelum giginya tumbuh dikuburkan di
dalam sebuah lubang yang dibuat di pohon Tarra’. Bayi ini dianggap masih
masih suci. Pohon Tarra’ dipilih sebagai tempat penguburan bayi, karena
pohon ini memiliki banyak getah yang dianggap sebagai pengganti air
susu ibu. Dengan menguburkan di pohon ini, orang-orang Toraja menganggap
bayi ini seperti dikembalikan ke rahim ibunya dan mereka berharap
pengembalian bayi ini ke rahim ibunya akan menyelamatkan bayi-bayi yang
akan lahir kemudian.
Pohon Tarra’ memiliki diameter sekitar 80 – 100 cm dan lubang yang
dipakai untuk menguburkan bayi ditutup dengan ijuk dari pohon enau.
Pemakaman seperti ini dilakukan oleh orang Toraja pengikut ajaran
kepercayaan kepada leluhur. Upacara penguburan ini dilaksanakan secara
sederhana dan bayi yang dikuburkan tidak dibungkus dengan kain, sehingga
bayi seperti masih berada di rahim ibunya.
Kuburan ini terletak di Desa Kambira, tidak jauh dari Makale, Tana Toraja.
Arung Jeram Sungai Sa’dan
Sungai
Sa’dan memiliki panjang sekitar 182 km dan lebar rata-rata 80 meter
serta memiliki anak sungai sebanyak 294. Di sepanjang Sungai ini
terdapat beberapa jeram dengan tingkat kesulitan yang berbeda, seperti
jeram Puru’ dengan kategori tingkat kesulitan III; jeram Pembuangan Seba
dengan kategori tingkat kesulitan IV, yaitupermukaan air di pinggir
sungai yang lebar dan tiba-tiba menyempit dengan cepat; jeram Fitri
dengan kategori tingkat kesulitan V, yaitu berupa patahan dan arus
sungai yang menabrak batu besar yang dapat menyebabkan perahu menempel
di batu dan terjebak diantaranya. Selain itu, topografi daerah ini juga
sangat menarik dengan keindahan alam dan udara yang sejuk di sepanjang
perjalanan.
Lokasi Sungai Sa’dan ini dimulai dari jembatan gantung di Desa Buah
Kayu kabupaten Tana Toraja dan berakhir di jembatan Pappi Kabupaten
Enrekang, Sulawesi Selatan.
Upacara Adat Rambu Solo
Rambu
Solo dalah upacara adat kematian masyarakat Tana Toraja yang bertujuan
untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia
menuju alam roh, yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur
mereka di sebuah tempat peristirahatan. Upacara ini sering juga disebut
upacara penyempurnaan kematian karena orang yang meninggal baru dianggap
benar-benar meninggal setelah seluruh prosesi upacara ini digenapi.
Jika belum, maka orang yang meninggal tersebut hanya dianggap sebagai
orang “sakit” atau “lemah”, sehingga ia tetap diperlakukan seperti
halnya orang hidup, yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberi
hidangan makanan dan minuman bahkan selalu diajak berbicara.
Puncak
dari upacara Rambu solo ini dilaksanakan disebuah lapangan khusus.
Dalam upacara ini terdapat beberapa rangkaian ritual, seperti proses
pembungkusan jenazah, pembubuhan ornament dari benang emas dan perak
pada peti jenazah, penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan, dan
proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.
Selain itu, dalam upacara adat ini terdapat berbagai atraksi budaya
yang dipertontonkan, diantaranya adu kerbau, kerbau-kerbau yang akan
dikorbankan di adu terlebih dahulu sebelum disembelih, dan adu kaki. Ada
juga pementasan beberapa musik dan beberapa tarian Toraja.
Kerbau yang disembelih dengan cara menebas leher kerbau hanya dengan
sekali tebasan, ini merupakan ciri khas masyarakat Tana Toraja. Kerbau
yang akan disembelih bukan hanya sekedar kerbau biasa, tetapi kerbau
bule “Tedong Bonga” yang harganya berkisar antara 10 – 50 juta per ekornya.
Upacara adat ini biasanya dilaksanakan di Kampung Bonoran, Desa Ke’te’ Kesu’, Kecamatan Kesu’, Tana Toraja.
Objek Wisata di Kabupaten Tana Toraja
Kuburan Bayi Kambira
Di
kuburan ini, bayi yang meninggal sebelum giginya tumbuh dikuburkan di
dalam sebuah lubang yang dibuat di pohon Tarra’. Bayi ini dianggap masih
masih suci. Pohon Tarra’ dipilih sebagai tempat penguburan bayi, karena
pohon ini memiliki banyak getah yang dianggap sebagai pengganti air
susu ibu. Dengan menguburkan di pohon ini, orang-orang Toraja menganggap
bayi ini seperti dikembalikan ke rahim ibunya dan mereka berharap
pengembalian bayi ini ke rahim ibunya akan menyelamatkan bayi-bayi yang
akan lahir kemudian.
Pohon Tarra’ memiliki diameter sekitar 80 – 100 cm dan lubang yang
dipakai untuk menguburkan bayi ditutup dengan ijuk dari pohon enau.
Pemakaman seperti ini dilakukan oleh orang Toraja pengikut ajaran
kepercayaan kepada leluhur. Upacara penguburan ini dilaksanakan secara
sederhana dan bayi yang dikuburkan tidak dibungkus dengan kain, sehingga
bayi seperti masih berada di rahim ibunya.
Kuburan ini terletak di Desa Kambira, tidak jauh dari Makale, Tana Toraja.
Arung Jeram Sungai Sa’dan
Sungai
Sa’dan memiliki panjang sekitar 182 km dan lebar rata-rata 80 meter
serta memiliki anak sungai sebanyak 294. Di sepanjang Sungai ini
terdapat beberapa jeram dengan tingkat kesulitan yang berbeda, seperti
jeram Puru’ dengan kategori tingkat kesulitan III; jeram Pembuangan Seba
dengan kategori tingkat kesulitan IV, yaitupermukaan air di pinggir
sungai yang lebar dan tiba-tiba menyempit dengan cepat; jeram Fitri
dengan kategori tingkat kesulitan V, yaitu berupa patahan dan arus
sungai yang menabrak batu besar yang dapat menyebabkan perahu menempel
di batu dan terjebak diantaranya. Selain itu, topografi daerah ini juga
sangat menarik dengan keindahan alam dan udara yang sejuk di sepanjang
perjalanan.
Lokasi Sungai Sa’dan ini dimulai dari jembatan gantung di Desa Buah
Kayu kabupaten Tana Toraja dan berakhir di jembatan Pappi Kabupaten
Enrekang, Sulawesi Selatan.
Upacara Adat Rambu Solo
Rambu
Solo dalah upacara adat kematian masyarakat Tana Toraja yang bertujuan
untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia
menuju alam roh, yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur
mereka di sebuah tempat peristirahatan. Upacara ini sering juga disebut
upacara penyempurnaan kematian karena orang yang meninggal baru dianggap
benar-benar meninggal setelah seluruh prosesi upacara ini digenapi.
Jika belum, maka orang yang meninggal tersebut hanya dianggap sebagai
orang “sakit” atau “lemah”, sehingga ia tetap diperlakukan seperti
halnya orang hidup, yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberi
hidangan makanan dan minuman bahkan selalu diajak berbicara.
Puncak
dari upacara Rambu solo ini dilaksanakan disebuah lapangan khusus.
Dalam upacara ini terdapat beberapa rangkaian ritual, seperti proses
pembungkusan jenazah, pembubuhan ornament dari benang emas dan perak
pada peti jenazah, penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan, dan
proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.
Selain itu, dalam upacara adat ini terdapat berbagai atraksi budaya
yang dipertontonkan, diantaranya adu kerbau, kerbau-kerbau yang akan
dikorbankan di adu terlebih dahulu sebelum disembelih, dan adu kaki. Ada
juga pementasan beberapa musik dan beberapa tarian Toraja.
Kerbau yang disembelih dengan cara menebas leher kerbau hanya dengan
sekali tebasan, ini merupakan ciri khas masyarakat Tana Toraja. Kerbau
yang akan disembelih bukan hanya sekedar kerbau biasa, tetapi kerbau
bule “Tedong Bonga” yang harganya berkisar antara 10 – 50 juta per ekornya.
Upacara adat ini biasanya dilaksanakan di Kampung Bonoran, Desa Ke’te’ Kesu’, Kecamatan Kesu’, Tana Toraja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar